OC Manuju Mengembalikan Romantisme Bersama Alam

RHD.  Rumah Hijau Denassa (RHD) memenuhi undangan Pondok Pesantren (Ponpes) Darussalam Tompobalang, desa Manuju, kecamatan Manuju, kabupaten Gowa untuk melaksanakan Outing Class (OC) bersama santri dan warga (14-15/6/2014).

Peserta Outing Class Rumah Hijau Denassa (RHD) melintasi hamparan sawah milik warga di desa Tassese, kecamatan Manuju, kabupaten Gowa. Outing Class mengsinergikan materi ajar di sekolah dengan lingkungan untuk pembelajaran holistik. (Foto: Darmawan Denassa)

Peserta Outing Class Rumah Hijau Denassa (RHD) melintasi hamparan sawah milik warga di desa Tassese, kecamatan Manuju, kabupaten Gowa. Outing Class mengsinergikan materi ajar di sekolah dengan lingkungan untuk pembelajaran holistik. (Foto: Darmawan Denassa)

OC di Manuju merupakan sesi #4 tahun 2014, setelah pelaksanaan serupa di kecamatan Pattallassang (4/2014) dan Parigi (5/2014) di Gowa, serta di Kacibo kabupaten Bulukumba (6/2014). Kegiatan ini bertujuan mengajak warga dan satuan pendidikan memanfaatkan potensi sekitar sekolah sebagai media ajar utama dalam proses transformasi pengetahuan, tradisi, budaya,  nilai,  dan kebajikan pada peserta didik. Pembelajaran holisitik dengan alam juga diharapkan optimal mendorong anak-anak usia sekolah memahami pentingnya menjaga kelestarian lingkungan untuk keberlanjutan kehidupan di bumi.

Kegiatan di Manuju diikuti 50 peserta terdiri atas santri setingkat Tsanawiah Ponpes Darussalam yang berjumlah 25 orang, direktur yayasan, ketua komite, kepala madrasyah, beberapa guru, dan 20-an calon santri. Selain tim RHD hadir pula beberapa orang dari Makassar Preneur dan Sokola Pesisir.

Para peserta melintasi persawahan, sungai, hutan, kebun warga, dan air terjun Tassimbung di desa Manuju dan Tassese. Kegiatan ini juga berhasil mengidentifikasi 79 jenis tanaman. Tanaman-tanaman itu menjadi media transformasi melalui pengenal nama, fungsi, manfaat, dan cara pertumbuhannya. Peserta juga mengidentifikasi tanaman lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan alternatif, pengobatan, dan survival.

Beberapa tanaman yang berhasil diidentifikasi seperti Nato Merah,  Ariang, Bissu, Kirasa, Nyoro-nyoro, Kasimpo, Bu’rung, Tantang Olo, Ranne, dsb. Kebanyakan anak-anak usia sekolah di kampung ini kurang mengenali lagi berbagai tanaman yang puluhan tahun silam dimanfaatkan orang tua mereka untuk bertahan hidup atau mencari nafkah. Dalam kegiatan OC ini tanaman-tanaman itu diperkenalkan kembali.

Sebelum peserta menjelajahi Tompobalang desa Manuju hingga Tassese seluruh peserta ikut berkemah di halaman pompes (14/6), mereka dibagi dalam beberapa kelompok dimana mereka tampil menyanyikan lagu anak-anak bertema pendidikan berbahasa Makassar. Peserta juga belajar membibit tanaman lokal yang benihnya diambil di sekitar rumah mereka.

http://rumahhijaudenassa.org/

Peserta OC Tompobalang sebelum memulai petualangan menjelajahi Tompobalang hingga Tassese, Ahad, 15 Juni 2014 (Foto: Halim DS).

Diakhir kegiatan dilaksanakan evaluasi melibatkan pengelola ponpes, RHD, dan peserta dari komunitas lain. Dalam usulan yang disampaikan beberapa pihak berharap RHD kembali ke Manuju dan melaksanakan kerjasama pada beberapa hal seperti pengembangan tanaman lokal, melibatkan warga khususnya santri dalam kegiatan RHD lainnya, dan melaksanakan OC secara rutin di wilayah ini, pinta Hardiansyah Direktur Yayasan Guruta lembaga yang menaungi Ponpes Darussalam. “Kami terkesan dengan kegiatan ini karena sangat membantu warga mengenali tanaman yang hampir punah. Kami harap RHD bisa lebih intensif memotivasi warga dan mengembangkan skill agar bisa lebih terbuka pada pendidikan dan lebih paham pentingnya menjaga kelestarian alam” ungkap Saparuddin Candra, ketua komite MTs Darussalam.

Selanjutnya RHD merencanakan akan melaksanakan OC di kota Makassar dan beberapa kecamatan dataran rendah di Gowa. (*)

There are no comments yet, add one below.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*