RHD. Setelah ditangkarkan selama tujuh bulan, Rumah Hijau Denassa (RHD) menanam pohon Langgoting (Makassar). Langgoting bagi orang Makassar dikenal sebagai pohon penangkal petir. “ Sejak lama jika sedang berada di luar rumah, di tempat terbuka, atau dalam perjalanan ketika terjadi petir disertai hujan atau tidak orang Makassar lazimnya akan mencari pohon Langgoting, lalu memetik selembar daunnya kemudian diselipkan di caping atau pada penutup kepala. Langkah ini diyakini dapat menangkal petir” Darmawan Denassa, pendiri RHD.
Sayang di dataran rendah di Gowa pohon ini sudah sangat jarang bisa ditemui. Bahkan tidak sedikit warga yang tidak tahu tentang tanaman ini. Beberapa pengunjung RHD diperkenalkan dengan tanaman ini, umumnya mereka tidak tahu jika ada tanaman bernama Langgoting.
Daun Langgoting juga dimanfaatkan sebagai obat cacar.
Karena mulai masuk musim hujan dan sering diiringi petir, maka kami menanam dua batang dari tiga koleksi yang kami tangkar di RHD.
Pohon Langgoting, diyakini sebagai penangkal petir. Rumah Hijau Denassa (RHD). Foto: Denassa. |
Beberapa tanaman lain juga akan ditanam dalam waktu dekat seperti Kayu Manis, Sawo Belanda, Jabon Merah dan putih, Okra, Karet, Kolasa, dan lain-lain.
RHD juga telah membagi bibit ke warga sejak satu bulan terakhir secara gratis. Bibit tanaman yang tersedia yakni Mahoni, Gamelina, dan Sengong.
RHD didirkan sejak taun 2007 kawasan ini berada di Lingkungan Borongtala Kel. Tamallayang, Kec. Bontonompo, Kab. Gowa. Dengan luas arela 1 Ha, RHD telah menanam ratusan jenis tanaman.
Selain konservasi RHD juga menjadi tempat belajar bersama untuk membagi kisah-kisah sukses dari berbagai pihak. Secara rutin juga dilaksanakan diskusi warga dengan menghadirkan pembicara dari berbagai latar belakang profesi seperti pendidik, akademisi, politisi, aktivis pemberdayaan, tokoh pemuda dan perempuan.
Menanam salah satu koleksi Langgoting yang telah di- tangkarkan.Foto: Rijal. |
Terdapat pula Kelas Komunitas di RHD yang diikuti anak-anak usia sekolah dasar yang berasal dari tiga desa dan kelurahan di Bontonompo. Mereka sejak Agustus 2011 didorong ikut peduli lingkungan, habit antri, membuang sampah pada tempatnya, saling peduli, dan belajar tradisi serta budaya lokal. (*)