Pada awal berdiri di tahun 2007 silam Rumah Hijau Denassa (RHD) mengelola lahan seluas satu ha, dengan tujuan menyelamatkan lahan, plasma nutfah, dan kawasan belajar bersama. Sejak 2012 RHD telah mengelola lahan pekarangan seluas tiga ha dan persawahan lebih 10 ha. Selain rumah keluarga Denassa, RHD sejak perencanaan telah diihktiarkan menjadi kawasan konservasi tanaman dan tempat belajar bersama.
RHD dilengkapi berberapa fasilitas dan areal khusus antara lain kawasan percontohan tanaman investasi keluarga, biogas, kantor, perpustakaan, ruang diskusi, wifi, pengolahan sampah, kebun, nursery, penyimpanan benih, kolam ikan, dan tempat terbuka untuk berbagai aktifitas.
Selain penyelamatan flasma nutfah, sampah mendapat perhatian khusus di RHD. Jenis sampah dipisah dalam empat kategori, masing-masing sampah organik, kertas, plastik, dan besi. Jenis ini dipisah dengan tempat sampah yang berbeda, dapat dikenali melalui warna tempat sampahnya. Hijau untuk organik, biru untuk kertas, kuning untuk plastik, dan merah untuk besi dan bahan berbahaya.
Demikian pula dengan rokok, berbagai areal dan fasilitas di RHD hampir seluruhnya tidak diizinkan merokok. Bagi pengunjung yang merokok tersedia tempat khusus agar anak-anak dan pengunjung lain yang tidak merokok dapat terlindungi.
Pembibitan, penanaman, pembagian tanaman, berkebun, pemuliaan benih, diskusi tematik, kelas komunitas, dokumentasi, dan kunjungan belajar merupakan kegiatan rutin di Rumah Hijau Denassa (RHD).
Pembibitan kegiatan yang dilaksanakan dengan tujuan khusus penyelamatan dan pengembangan tanaman lokal melalui biji atau anakan. Pembibitan tanaman baru juga dilaksanakan untuk mengembangkan dan memperkenalkan kepada warga. Berbagai jenis kayu-kayuan, sayur, dan semak diselamatkan dan dikembangkan kemudian benihnya disimpan untuk ditanam kembali atau disimpan di ruang benih.
Sejak 2007 aktifitas penanaman semakin intensif dilaksanakan di kawasan RHD dan Mappakarannuang. Kegiatan ini juga dilaksanakan di luar kawasan ini. Setidaknya telah ditanam ratusan jenis tanaman di RHD sebagai bagian dari usaha penyelamatan dan pengembangan. Berbagai tananam juga tumbuh secara alamiah baik sebelum maupun setelah didirikannya RHD. Diperkirakan saat ini bertahan 300 jenis tanaman dari berbagai jenis. Tanaman semusim merupakan jenis yang paling banyak berkurang karena dibatasi usia. Tanaman lainnya mati karena tantangan kondisi tanah, cuaca, dan perawatan.
Pembagian bibit mulai terlaksana pada tahun 2008 dan terus berlangsung. Jabon, Nangka, Mangga, Bitti, Sengong, Gelodokan, Mahoni, Trembesi, dll dibagikan ke warga dan sekolah secara gratis untuk menyebarkan semangat menanam dan merawat tanaman.
Untuk menyebarkan semangat peduli lingkungan, membuka jaringan, memberi apresiasi, dan membagi kisah menggugah setiap bulan dilaksanakan diskusi dengan mengangkat beragam tema. Tokoh lokal yang telah melaksanakan kegiatan yang memberi dampak positif secara pribadi hingga memengaruhi kelompok warga diundang untuk berbagi kisah pada peserta yang biasanya warga dan pihak yang diundang khusus.
Kelas Komunitas merupakan ruang belajar alternatif bagi anak usia sekolah dari empat desa dan kelurahan di Bontonompo. Mereka belajar membibit, menanam, dan mengenali tanaman di sekitar RHD dengan metode interaktif. Belajar sambil duduk di atas rumput, di bawah pohon, atau berkunjung ke tempat khusus seperti bukit, sawah, dan pantai menjadi waktu-waktu yang dinanti peserta Kelas Komunitas.
Menyimpan kisah, cerita, foto, dan film tanaman dilakukan dengan mengunjungi kampung dan daerah lain. Data ini akan bermanfaat dalam proses identifikasi, konservasi, dan pengembangan tanaman.
Waktu Berkunjung
RHD terbuka setiap hari, mulai pukul 09.00-16.30 Wita. Pengunjung RHD tidak dipungut biaya. (*)