Tanaman besar berperan penting membantu tumbuhnya tanaman baru sejenis. Pohon-pohon itu secara alamiah menjadikan indukan mereka hidup di hutan namun dapat pula ditemukan di tegalan, tepi sungai, dan hutan-hutan (spot) kecil di perkampungan. Tumbuhan lokal, endemik, dan langka merupakan diantara tumbuhan itu.
Dari tahun ke tahun dalam kurun waktu dua dekade terakhir, tanaman besar semakin sulit ditemui. Pohon ditebang untuk memenuhi kebutuhan kayu sebagai perkakas rumah atau untuk menjawab kebutuhan ekonomi dengan cara menjual kayu olahan atau pohon dalam bentuk utuh. Penebangan juga dipicu rasa khawatir manusia jika pohon- akan tumbang atau patah lalu menimpah rumah sehingga rasa terancam perlu dibuang dengan menghilangkan tanaman. Padahal pohon-pohon besar itu berperan penting dalam menyediakan bibit tanaman baru sejenis. Apalagi sebagian besar pohon akan produktif menghasilkan benih setelah mencapai usia puluhan tahun. Pohon besar juga sangat berperan menjaga ekosistem, sumber air, dan tanah. Pohon besar berfungsi sebagai rumah hewan seperti burung, serangga, dan reptil.
Kabupaten Gowa sebagai salah satu daerah penyangga kota Makassar, merupakan tumpuan utama kota dalam memenuhi kebutuhan materil untuk pembangunan dan pengembangan wilayah kota. Kenyataan ini memaksa sebagian besar wilayah Gowa khususnya kecamatan di dataran rendah menjadi areal penambangan. Kecamatan Bontonompo salah satu wilayah pada akhir tahun 90-an menjadi areal penambangan untuk memenuhi kebutuhan tanah timbunan, pasir batu, hingga pasir. Kondisi ini menjadi beban baru pada keberlangusungan lingkungan khususnya tanaman, mengingat wilayah ini sejak lama dikenal sebagai sentra penghasil batu bata di Sulawesi-Selatan yang juga menjadi beban pada tanaman. Batu bata menggunakan tanah dan pasir sebagai bahan baku kemudian di bakar menggunakan kayu. Kayu-kayu sebagian besar diambil dari hutan atau kawasan perkebunan di dataran tinggi Gowa, Takalar, bahkan dari Jeneponto. Aktifitas tambang ini telah memberi dampak berkurangya berbagai jenis tanaman di kawasan ini.
Secara sosiologi dan kultural terdapat pandangan bahwa beberapa jenis tanaman akan berdampak buruk atau menghadirkan sugesti akan memberi keberuntungan. Dua padangan ini menjadi penyebab lain hilang dan berkurangnya berbagai jenis tanaman.
Ditengah keprihatinan itu Rumah Hijau Denassa (RHD) hadir untuk menyelamatkan tanaman, apapun nama dan bentuknya dengan priotitas tanaman endemik dan langka khususnya tanaman asal Sulawesi.
Sejak 2007 secara intensif dilakukan pemulian (pembibitan dan penanaman) tanam kembali ratusan jenis tanaman sebagai bagian dari penyelamatan. Dikumpulkan pula kisah tanaman dari presfektif sosiologi, ekonomi, dan kultural sebagai bagian dari ihktiar menjaga keberlansungan tanaman. (Darmawan Denassa)