RHD. Katangka sebelumnya hanya saya kenal sebagai nama kampung di Gowa, hingga suatu hari saya mendapat informasi tentang sebuah foto lama peninggalan masa penjajahan Belanda. Dalam foto itu memperlihatkan kegiatan penanaman pohon Katangka di suatu tempat di kota Makassar.
Saya lalu mencari tahu tentang pohon itu. Informasi saya dapatkan dari Ibunda Hj. Kasmawati Dg. Ngati. “Daunnya kecil, dulu dimasa kecilku ada sebatang yang tumbuh di tempat cuci kaki Dg. Lallo” ungkap beliau. Nama terakhir yang sebut adalah nama nenek beliau Hanafi Dg. Lallo yang menetap di Bilonga, kini bagian dari Desa Bategulung, Kec. Bontonompo. Tambahan informasi yang saya dapat bahwa pohon itu berbunga berwarna putih.
Mencari pohon Katangka semakin mendesak ketika berkunjung ke Masjid Al-Hilal di Jalan Syekh Yusuf Katangka, Kec. Somba Opu. Masjid yang terletak berdampingan dengan makam keluraga raja-raja Gowa ini juga dikenal dengan nama Masjid Tua Katangka. Saya mendapat penjelasan dari penjaga masjid jika perkakas bagian atas masjid menggunakan kayu dari pohon Katangka. Kayu itu sejak dibangun sampai saat ini belum pernah diganti. Jika demikian usia kayu itu telah mencapai 400 tahun lebih karena pada prasasti masjid tercatat bahwa masjid dibangun 1603.
Peristiwa ini mencari tanaman ini terjadi pada tahun 2012 antara bulan Februari – Mei. Sampai suatu hari saya menemukan pohon Katangka. Saya kemudian menanam batangnya, sempat tumbuh namun mati pada musim kemarau. Desember 2012 kami menemukan anakan Katangka dan kini sudah ditangkarkan di Rumah Hijau Denassa. (Denassa)