RHD. Secara umum masyarakat di Indonesia mengenal Angsa sebagai salah satu unggas dengan ciri fisik memiliki leher lebih jenjang, lebih besar, dan suaranya yang khas jika dibanding dengan jenis unggas lainnya. Akan tetapi Angsa memiliki beberapa jenis baik bentuk tubuh, warna bulu, maupun namanya.
Angsa bebulu putih merupakan jenis paling populer selain angsa berbulu coklat, namun Angsa bulu hitam merupakan jenis paling langka dan unik. Seperti telah disampaikan sebelumnya di Rumah Hijau Denassa (RHD) terdapat koleksi Angsa. Awalnya kami kategorikan Angsa itu dengan Swan, sampai seorang teman peserta Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI) berkunjung ke RHD Oktober 2013 lalu. Sigrid Fivelstad peserta asal Norwegia yang menyampaikan bahwa di negaranya Swan (Cygnus olor) memiliki leher lebih panjang sebagai ciri fisik paling mudah dikenali untuk membedakannya dengan jenis lain seperti Goose (Anser cygnoides). Goose dikenal juga dengan Angsa Cina (Chinese goose) dengan leher lebih pendek, sedangkan Swan merupakan jenis yang berimigrasi dengan cara terbang yang hidup liar di Eropa.
Informasi tentang koleksi RHD merupakan jenis Anser Cygnoides juga disampaikan seorang pengunjung website RHD, bernama H Pirawan. Terima kasih atas saran dan informasinya. (*)
Terima kasih kembali atas apresiasi terhadap input yg dulu pernah saya sampaikan ke situs ini.
Ya bener, “angsa” yg lazim dipelihara di Indonesia sebenernya tidak termasuk keluarga angsa (swan, genus Cygnus), melainkan termasuk keluarga goose (genus Anser).
Hal spt ini sebenarnya sekarang ini mudah diketahui oleh siapa saja alias “orang awam”, hanya dengan Googling di internet. Tak perlu orang ahli untuk tahu. Jika kita ketik “Cygnus olor” di mesin pencari, maka akan muncul ribuan deskripsi dan gambar2 yang jelas beda dengan “angsa” yang sehari hari kita kenal dipelihara di Indonesia. Jadi, bisa dengan mudah orang tahu bahwa “angsa” yg ada di Indo bukanlah “Cygnus olor”.
Angsa yg “sejati” (dari genus Cygnus) semuanya berleher dengan proporsi lebih panjang. Dan ukuran serta proporsi tubuhnya juga beda dengan “angsa” yg kita kenal dipelihara di Indo.
Angsa jenis “mute swan” (Cygnus olor) misalnya, bobot maksimal ketika dewasa rata2 adalah 12 kilogram, dengan rentang sayap dari ujung ke ujung adalah 2,4 meter (sehingga tetap bisa terbang ke langit seperti burung meski bobotnya 12 kilo). Ada lagi yg lebih besar, yaitu “trumpeter swan” (Cygnus bucinator), yg bobotnya bisa mencapai 15 kg dgn rentang sayap 3 meter lebih.
Bandingkan dengan “angsa” piaraan di Indo, yang paling2 bobotnya ketika dewasa rata2 hanya 5 kilogram dan hanya bisa terbang beberapa meter (jika “dipaksa” dengan dikejar).