Burung Pote

Burung Pote atau Pelanduk Sulawesi (Trichastoma celebense) di Rumah Hijau Denassa (RHD).
Burung Pote atau Pelanduk Sulawesi (Trichastoma celebense) di Rumah Hijau Denassa (RHD).

RHD. Burung Pote merupakan salah satu burung endemik Sulawesi.  Pote (Makassar) bermakna cerewet.  Dalam bahasa Indonesia  burung ini  dikenal dengan nama Pelanduk Sulawesi (Trichastoma celebense).

Burung Pote atau Pelanduk Sulawesi (Trichastoma celebense) di Rumah Hijau Denassa (RHD).
Sepasang Burung Pote atau Pelanduk Sulawesi (Trichastoma celebense) di Rumah Hijau Denassa (RHD).

Ciri fisik bagian atas badannya berwarna merah  bercampur warna karat zaitun agak coklat. Warna bagian tunggir dan ekor lebih gelap, sedangkan bagian bawah tubuhnya lebih terang. Sisi badannya berwarna kecokatan. Bagian tenggorokan bercoret terang. Bagian bawah keputih-putihan dan dada berwarna lebih abu-abu.

Pote jenis burung liar yang tergolong  pemalu. Hidup di semak-semak,  pucuk-pucuk bambu kering, dan pepohonan rindang.  Senang minum di genangan air bersih. Burung ini pandai menyembunyi sarang.

Meski  pada siang hari sesekali bersuara, lazimnya suara riuhnya terdengar di pagi dan sore hari.  Burung  jantan yang mengeluarkan, sedangkan betina lebih sering diam. Burung Pote  hidup berpasangan, pengalaman kai di Rumah Hijau Denassa (RHD) ia selalu bersama.

Burung ini mulai jarang ditemukan di sekitar Bontonompo.  Kurangnya areal yang mendukung habitatnya menjadi tantangan bagi Pote untuk hidup. Selain itu burung ini diburu untuk di konsumsi. Asosiasi kata Pote mendorong warga menangkapnya lalu diberikan kepada anak-anak balita untuk dikonsumsi. Tujuannya agar anak yang memakan bisa cepat pote (bicara) atau menjadi pandai bicara dan cerewet.

Kami pernah menemukan sarang burung Pote di batang pohon Aren (Arenga Pinnata), dengan seekor anaknya, tanpa sengaja. Setelah mengetahui kami melihat sarang itu, induknya tidak mau ke sarang itu lagi.  Dengan pengalaman ini kami lebih hati-hati jika bertemu dengan Pote, agar tidak merasa terusik dan pergi dari sekitar RHD.  Meski kami temui sedang minum di wadah-wadah air di RHD, kami belajar untuk cuek agar mereka terbiasa dan tidak merasa terusik. (Darmawan Denassa).

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *