RDH. Rumah Hijau Denassa (RHD) terletak di Jalan Borongtala No. 58 A Kelurahan Tamallayang, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan, dirancang sebagai tempat pembelajaran rumah berbasis lingkungan dan pendidikan. RDH sudah memulai menggunakan pupuk dari kompos yang bahan baku berasal dari areal rumah milik keluarga Darmawan Denassa, seperti rumen sapi dan daun-daun jatuh. RDH yang berdiri atas lahan seluas 80-are tanah pekarangan plus 40 are tanah sawah yang saling berdekatan, sudah sejak awal telah meminimalisir pembakaran daun dan bahan lain, yang bisa terurai.
Daun-daun yang digunakan merupakan daun jatuh dari koleksi tanaman yang ada di sekitar RDH. Daun-daun yang tersebar di sepanjang pekarang rumah sejak awal sudah diminimalisir untuk dibakar. Daun tersebut dikumpulkan pada lubang-lubang yang telah disediakan, kemudian disatukan dengan bahan lain yang dibutuhkan untuk menjadikannya sebagai penyubur tanaman. Tidak sulit RH menemukan bahan utamanya karena RDH telah mengawas dan sudah mulai mengumpulkan berbagai tanaman endemik Sulawesi, seperti Bitti, Eboni(diospyros celebica bakh), Lontara, serta tanaman khas yang dikenal luas masyarakat Makassar seperti Marapao, Battang-Battang, Saramentu, Kalawasa, Barungaga, Saramunte, Sunggumanai, Bangkala, Nato, serta beberapa tanaman yang belum teridentifikasi nama dan familynya.
Terdapat pula koleksi tanaman lain seperti Samanea Saman atau dikenal dengan nama lokal Kayu Colok, Bilalang (Trambesi), Mahoni, Jati, Tanjung, Gelondongan, Enau, Kelapa, Sawo Kecik, Jambu Putih, Mangga, Sirsak, Ketapang, Bayur, Bayam, Asam, Markisa Jepang, Markisa Kuning, Buah Naga, Mahkota Dewa, Buni, Matoa, Sukun, Lounce, ragam Bambu, Kaweni, Jati Putih, Pandan Duri, Pandan Wangi, Mangkudu, aneka umbi, dll.
Sebagian besar tanaman merupakan tanaman yang sudah ada, sebelum rumah keluarga Denassa dibangun medio 2008 silam. Terdapat pula tanaman yang dikumpulkan dari sekitar wilayah ini, juga terdapat koleksi dari daerah lain di Sulawesi bahkan ada pula yang datang langsung dari Pulau Irian.
Tanaman-tanaman ini sengaja dikumpulkan selain sebagai investasi khususnya untuk Jati dan Mahoni juga sebagai tempat edukasi. Diatas areal ini akan dikembangkan sebagai kawasan Mappakarannuang yang kelak dilengkapi sekolah alam Bontonompo, Rumah Baca Denassa, dan Kantor The Gowa Center.
Sampai saat ini pencarian tanaman baru masih terus dilakukan, untuk melengkapi koleksi tanaman yang ada, selain sebagai bahan yang akan digunakan sebagai media ajar, investasi, dan pelestarian tanaman juga sebagai bahan baku pembuatan kompos karena masing-masing tanaman memiliki kekhasan komposisi dalam memberi asupan nilai sebagai penyubur tanaman. (DN).