RHD. Bekas galian batu bata sejak 2008 telah difungsikan sebagai areal pembenihan tanaman selain sebagai kebun sayur pada bulan Februari hingga akhir Desember. Menyambut kedatangan peserta Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI) 2014, para pendamping telah sepakat melakukan pembenihan beberapa sayur untuk ditanam di areal ini.
Rabu, 26 Maret 2014 Nurul Athifah Amirullah (Athifah), Andi Arifayani (Ifa), dan Nurlina Daeng Lino (Delli) telah mempersiapkan penyemaian. Athifah dan Ifa telah mempersiapkan label dari plastik transparan berisi nama lokal, Indonesia dan latin 16 jenis sayuran yang akan ditanam, Delli dengan sabar menunggu proses tanam, dan Tata dengan telaten menggemburkan lahan.
Petang beberapa peserta Kelas Komunitas hadir membantu, mereka ikut membersihkan areal kebun, berlomba menyemai benih, dan menanam aneka kacang-kacangan. Mereka sangat antusias mengisi polyback dengan tanah dan pupuk kandang lalu memberi lubang kecil dan memasukkan biji Paria (Momordica charantia) kedalam lobang itu. Belum lelah dengan itu mereka merapikan puluhan polyback berisi bibit yang telah ditangkar satu hingga dua tahun lalu, tanaman-tanaman itu antara lain Markisa, Taeng, Bayur, dan seterusnya.
Kami, jeda sejenak karena Daeng Sunggu menyuguhkan dua piring putu kambing hangat. Kami menikmati dan Delli sibuk mengabadikan dengan kamera kesayangannya. Dalam waktu 10 menit dua piring kue hangat itu sukses kami habiskan, maklum mencangkul, mengisi polyback, dan menyusun tanamannya mengeluarkan banyak energi petang ini, hehehe.
Setelah kumpul makan di Pelataran Mappasomba, Binta Toeng menggoda kami, dua buahnya telah coklat menandakan telah tiba waktu untuk dipetik. Kami lalu mendekatinya dan memetiknya, bukan untuk dibuat sayur tapi untuk disemai kembali. Binta Toeng dikenal pula dengan nama Kacang Gude dengan nama bional Cajanus cajan. Bergeser sedikit Maya-maya (Daun Katuk) menggoda untuk dibahas bersama. Kedua sayur ini kami kumpulkan biji buahnya lalu acara semai benih dilanjutkan meski semua sudah cuci tangan. Dengan demikian keduanya menggenap benih sayur yang ditanam menjadi 18 jenis, selain Sawi, Okra, Kangkung Darat, Kacang Panjang, Kacang Merah, Kacang Putih, Kecipir, Paria Belut, Paria (Pare), Buncis Dataran, Kol Dataran Rendah, Jagung Manis, dst.
Tidak hanya itu beberapa batang pohon Bayur, Glodokan, dan Ketapang yang telah ditangkarkan sejak dua tahun lalu tak lupuk dari aksi tanam-tanam kami petang ini. Setelah mereka salaman pamit, ternyata tidak benar-benar pulang. Sesi flyngpose kegemaran mereka menjadi penutup pertemuan hari ini di halaman belakang. Setelah itu adik-adik luar biasa ini benar-benar pulang sambil melambai setelah melihat wajah-wajah kakak-kakak baru yang mereka saksikan pada komputer jinjing di Bimbi Room.
“Siapa ini?” tanya Putri. Ini Kak Sakti jawabku. Ini adik-adik sudah sapa tadi Kak Athifah dan Ifa, ini Kak Alam. “Siapa ini?” tanyaku, “Hehehe Kak Mursal” yang ini Kak Isa, jawab mereka serentak. Pukul 18 tepat, suara radio di Masjid sudah ramai terdegar, pertemuan hari ini ditutup dengan deretan foto peserta Beasiswa Seni Budaya Indonesia 2014. *Denassa.