Darmawan Denassa
RHD. Lembaga Abdi Masyarakat (LAM) Takalar mengundang kami berpartisipasi dalam penanaman pohon di Kampung Penghijauan, di Pandala. Lokasi cukup jauh dari Pari’risi (ibukota Kabupaten Takalar).
Masing-masing partisipan diminta membawa dua batang pohon yang tersedia. Saya kemudian memilih Bitti (Vitex cofassus) dan Bayam (Intsia Spp). Bibit pohon lain yang tersedia adalah Jati Putih, Mahoni, dan Nangka.
Bitti, jenis tanaman endemik Sulawesi yang sudah jarang terlihat di Takalar dan Gowa. Dengan nama lokal Katondeng (Makassar), kayunya sangat populer dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan rumah, perahu, dan banyak juga ditebang untuk kayu bakar. Meski karakter tanaman ini agak sulit tumbuh lurus, namun karena jenis kayunya yang alot dan memiliki nilai kultural yang kuat, masyarakat senang menafaatkannya. Bitti sejak beberapa tahun terakhir sudah mulai ditanam untuk penghijauan, sehingga dibeberapa sudut kota termasuk di Makassar dan Maros sudah bisa ditemui.
Sedangkan Bayam adalah nama yang diberikan oleh etnik Makassar pada jenis kayu Merbau. Kegunaan kayu ini juga berbagai macam, namun yang paling sering adalah menjadikannya kuseng banguan. Kayu-kayu bayam siap oleh yang terdapat di Sulsel saat ini didatangkan dari luar pulau khususnya Kalimantan dan terakhir lebih bayak didatangkan dari Papua.
Kedua jenis kayu ini sudah terdapat di RHD sejak beberapa tahun silam. Bahkan pohon induk bayam yang ditanam di Pandala berasal dari induk yang sama yang kami tanam lima tahun silam.
Mengingat masih tingginya animo masyarakat menggunakan kedua jenis kayu ini, alangka arifnya jika kita menggunakannya dengan hemat. Cara lain adalah ikut menjaga tanaman yang sudah ditanam.
Semoga semoga tanaman yang sudah ditanam di Pandala bisa tumbuh dan menjadi bagian yang mewujudkan pelestarian lingkungan. (Denassa)
Posted inBerita