Nobar Le Temps d’un Échange

Nobar Le Temps d’un Échange

RHD. Puluhan anak-anak usia enam hingga 12 tahun tampak memasuki pelataran Mappasomba di kawasan Rumah Hijau Denassa (RHD). Mereka tampak ceria saling berbincang tidak sabar ingin melihat sebuah film yang akan diputar dan ditonton bersama malam itu (24/10/2014). Mereka ikut berperan dalam Le Temps d’un Échange (bahasa Prancis) yang bermakna Ada Waktu untuk Berbagi ini.
Selain peserta Kelas Komunitas, hadir pula beberapa orang tua mereka dan warga, dalam nonton bareng yang bertepatan dengan malam pergantian tahun baru Hijriah ini. Peserta Kelas Komunitas merupakan pemeran film yang bermakna Ada Waktu untuk Berbagi ini.

RHD. Kelas Komunitas, orang tua, dan warga nonton bersama film Le Temps d'un Échange di pelataran Mappasomba, Rumah Hijau Denassa (RHD).
RHD. Kelas Komunitas, orang tua, dan warga nonton bersama film Le Temps d’un Échange di pelataran Mappasomba, Rumah Hijau Denassa (RHD).

Film Le temps d’un Échange digarap Brune Charvin (26 tahun), gadis yang  lahir dan besar  di kota Lyon, Prancis dan pernah bekerja sutradara di London, Inggris. Dalam proses pengambilan gambar yang berlangsung di Indonesia (RHD) Brune dibantu beberapa orang, diantaranya Aditya Ahmad sutradara muda berbakat asal Makassar yang memenangkan penghargaan di Jerman melalui film pendeknya Sepatu Baru.

Le temps d’un Échange yang berdurasi lima menit juga diperankan anak-anak dari Prancis yang mengambil latar perkampungan tepi kota Lyon. Melalui film ini Brune ingin memberi pesan bahwa anak-anak di seluruh dunia bisa saling dihubungkan, agar mereka bisa saling berkomunikasi untuk menjalin hubungan yang lebih baik. Pesan itu dititipkan dalam beberapa permainan yang lazim dimainkan anak-anak di dua negara. Perjumpaan dalam bentuk permainan itu telah menghasilkan suatu pertukaran identitas dan kebudayaan. Lebih jauh lagi, diharapkan pertukaran tersebut dapat mendorong pertautan nilai yang lebih baik, utamanya kesatuan individu dan kreativitas sehingga terjalin hubungan  entitas pada anak-anak dua negara.

Awal perkenalan gadis bernama lengkap Brune Cerise Andreanne Charvin ini dengan RHD terjadi di bulan Agustus 2013 silam, ketika mengikuti program Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI). Bersama 10 peserta negara sahabat lain Brune  berkunjung selama tiga hari ke RHD. Dalam kunjungan itu RHD mengajak mereka mengenal lebih dekat budaya dan tradisi Bugis Makassar. “Kami perkenalkan makanan dan minuman khas Bugis-Makassar termasuk cara membuatnya. Seni dan budaya seperti tradisi menenun, membuat gendang, kecapi, membuat batu bata, dan aneka permainan tradisional. Dalam setiap interaksi itu kami selalu berpesan bukan hanya secara verbal tapi tingkah laku bahwa orang Makassar itu sangat menghargai persahabatan, ramah, jujur, dan senang memberi sebagai implemetasi sikap dari semangat makassar” Darmawan Denassa pendiri RHD.

Peserta tidak terkecuali Brune terkesan dengan sambutan yang kami berikan pada Agustus 2013 silam, sehingga satu bulan setelah kunjungan pertama itu ia kembali dan menggarap film Le Temps d’ un Echange di RHD. “Saya berharap kesan dan hubungan baik yang kami peroleh di RHD dapat memberi dampak luas pada hubungan bangsa kita (Indonesia-Prancis) bukan hanya saat ini tapi untuk masa depan hubungan kedua negara” pesan Brune.

Rumah Hijau Denassa (RHD) terletak di Jalan Borongtala Nomor 58 A, Kelurahan Tamallayang, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, merupakan kawasan konservasi lingkungan, budaya, dan tempat belajar bersama. Dalam kawasan yang kini mencapai luas tiga hektar ini dapat ditemukan ratusan jenis tumbuhan langka, lokal, dan endemik. Aneka hewan yang sudah mulai langka seperti cicak terbang, kadal hijau, aneka burung (termasuk Pelanduk Sulawesi), kupu-kupu, katak pohon, dll. RHD juga menyelematkan alat-alat budaya dan tradisi seperti lesung, alat tenung, gendang. Selain tanaman RHD juga menyelamatkan ragam tanaman dan benih pangan lokal dan alteratif.

Dalam nobar yang berlangsung sekitar tiga jam ini, para tamu khususnya orang tua Kelas Komunitas dan warga yang hadir berinteraksi dengan Brune yang didampingi Denassa. “Bagaimana Kak Brune melewatkan masa kecilnya ?” tanya Putri Wulandari salah seorang peserta Kelas Komunitas RHD.
“Waktu kecil saya lewatkan di perkampungan dekat Lyon, suasana seperti di RHD itu sebabnya saya sangat senang ke RHD” ungkapnya. (*)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *