Paria

RHD. Paria di Rumah Hijau Denassa (RHD) telah menghasilkan buah yang cukup banyak sejak Juni lalu (Foto. Denassa)
RHD. Paria di Rumah Hijau Denassa (RHD) telah menghasilkan buah yang cukup banyak sejak Juni lalu (Foto. Denassa)

RHD. Paria (Momordica charantia Descourt) merupakan nama lokal yang diberikan warga Makassar untuk jenis sayur  yang dinamakan Peria atau Pare. Paria dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai sayuran maupun bahan untuk pengobatan.

Tanaman Paria jenis tumbuhan merambat menghasilkan bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang, mahkotanya berwarna kuning. Buahnya yang berbentuk panjang bulat tiga hingga 10 cm, runcing pada ujungnya, dan permukaannya bergerigi rasanya pahit, buah muda berwarna hijau bila masak berubah menjadi oranye dan mudah pecah. Paria dapat tumbuh baik di dataran rendah lazimnya ditanam di sawah, tegalan, dan pekarangan bahkan kadang ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar. Pada beberapa kecamatan (Bajeng, Bajeng Barat, Pallangga, dan Barombong) di kabupaten Gowa tanaman ini dibudidayakan di sawah oleh warga  sebagai salah satu komoditas yang diperdangangkan di pasar tumpah di Panciro, Cambaya, dan Sungguminasa.

RHD. Paria di Rumah Hijau Denassa (RHD) telah menghasilkan buah yang cukup banyak sejak Juni lalu (Foto. Denassa)
RHD. Paria di Rumah Hijau Denassa (RHD) telah menghasilkan buah yang cukup banyak sejak Juni lalu (Foto. Denassa)

Selain buah, daun Paria juga dimanfaatkan sebagai sayur dan bahan pengobatan. Buahnya mengandung albuminoid, karbohidrat, pigmen, dan beta karotin. Daunnya mengandung momordisina, momordina, carantina, resin, dan minyak. Akarnya mengandung asam momordial dan asam oleanolat sedangkan bijinya mengandung saponin, alkaloid, triterprenoid, dan asam momordial. Dengan kandungan ini jika dikonsumsi Paria dapat merangsang nafsu makan,menyembuhkan penyakit kuning,memperlancar pencernaan, dan dimanfaatkan sebagai obat malaria. Kandungan beta karotin Paria diketahui  dua kali lebih besar daripada kandungan zat yang sama pada brokoli sehingga Paria berpotensi mampu mencegah timbulnya penyakit kanker serta mengurangi risiko terkena serangan jantung dan infeksi virus.  Daun peria juga bermanfaat untuk menyembuhkan mencret pada bayi, membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan, menurunkan demam, mengeluarkan cacing kremi, serta dapat menyembuhkan batuk. Ekstrak biji peria selain digunakan sebagai bahan obat, ternyata juga dapat digunakan sebagai pembasmi larva alami yang merugikan seperti larva Aedes aegypti yang menyebarkan penyakit demam berdarah dengue atau DBD.

Buah Paria yang rasanya pahit lazimnya  diolah sebagai sayur. dalam tradisi Makassar Paria sering dibuat sayur kambu dengan cara mengosongkan bagian dalam buahnya hingga yang tersisa kulit dan daging buah, ruang kosong itu kemudian diisi adonan dari campuran ikan Bandeng (Bolu) kemudian di kukus atau direbus. (*)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *