Sappang

RHD. Daun pohon Sappang (Caesalpinia sappan L.) di Rumah Hijau Denassa (RHD) tanaman ini dikenal pula dengan nama Secang.
RHD. Daun pohon Sappang (Caesalpinia sappan L.) di Rumah Hijau Denassa (RHD) tanaman ini dikenal pula dengan nama Secang.

RHD. Sappang (Makassar) atau Secang merupakan tanaman perdu dan juga kadang berbentuk pohon dengan daun kecil majemuk dimana pada bagian batang muncul duri-duri, berbunga warna kuning dengan buah berbentuk kacangan-kacangan berwarna coklat. Sappang tergolong tanaman jenis polong-polongan dan dikategorikan sebagai tanaman rempah. Tanaman ini dalam bahas Latin dikenal dengan nama Caesalpinia sappan L.

RHD. Daun pohon Sappang (Caesalpinia sappan L.) di Rumah Hijau Denassa (RHD) tanaman ini dikenal pula dengan nama Secang.
RHD. Daun pohon Sappang (Caesalpinia sappan L.) di Rumah Hijau Denassa (RHD) tanaman ini dikenal pula dengan nama Secang.

Kulit dan batang tanaman ini yang dimanfaatkan sebagai pewarna air. Air yang direbus jika diberi batang atau kulit Sappang maka akan berwarna merah muda atau merah pekat (tergantung jumlah batang Sappang yang diberikan).  Zat brazilin dalam Sappang yang mengeluarkan warna merah itu.

Sappang dimanfaatkan untuk membantu menetralisir air minum yang berwarna keru jika ingin dikonsumsi. Manfaat lain air Sappang diyakini membantu mengurangi kadar kolestrol dalam tubuh atau makanan yang dikonsumsi. Dengan keyakinan ini dahulu setiap ada sajian makanan yang berlemak tinggi seperti Konro, Coto, Gantala, dan sejenisnya makanan itu disugukan dengan air minum yang beri Sappang.
Air yang Sappang juga dapat membantu pengobatan penyakit dalam, luka, obat batuk, dan mencret. Olehnya ibu yang baru melahirkan disarankan menkomsumsi air Sappang. Selain dikonsumsi Sappang juga digunakan sebagai bahan pembuatan cat dan pewarna pakaian.

Sappang ditanam di Rumah Hijau Denassa (RHD) sejak tahun 2009. Bibit tanaman koleksi RHD berasal dari Bontocaradde.

Banyak diantara kita yang telah menkonsumsi air Sappang tapi belum pernah melohat bentuk tanaman ini. (*)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *